Judul Buku : Distilasi Alkena
Pengarang : Wira Nagara
Penerbit : Mediakita
Tahun Terbit : 2018
Tebal Halaman : 160 halaman
Distilasi Alkena adalah buku pertama karya salah seorang stand up comedian (komika) Indonesia, Wira Nagara. Buku tentang apa? Jika melihat dari judulnya, buku ini tampak seperti buku-buku ilmiah atau buku kimia. Tapi bukan. Distilasi Alkena justru berkisah tentang perjalanan hati seorang manusia ketika dia harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintainya menikah dengan orang lain. Itu sebabnya dalam cover buku ini ditulis Denganmu, jatuh cinta adalah patah hati paling sengaja. Tulisan dalam buku ini sepertinya adalah kisah si penulis sendiri, dan juga beberapa adalah kisah temannya. Kisah tentang kehilangan.
Lalu mengapa judulnya Distilasi Alkena? Berikut penjelasan yang ditulis Wira Nagara dalam buku:
Distilasi adalah metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan.
Alkena adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh dengan satu ikatan rangkap dua.
Analogi : garis besarnya buku ini adalah kisah hati tentang memisahkan dua hati yang sudah tak bisa dipisahkan karena suatu ikatan perasaan.
Bagi saya pribadi, hal itulah yang menarik dan unik dari buku ini. Tidak hanya judul utama buku, tapi setiap bab dalam buku ini diberi judul dengan istilah ilmiah, terutama istilah kimia, yang kemudian di akhir masing-masing bab, Wira Nagara memberikan penjelasan serta analogi dari judul yang dia tulis.
Contoh penjelasan dari bab dengan judul Pandemi Hepatomegali
Bagi yang bertanya-tanya mengapa harus istilah kimia, apakah sang penulis adalah seorang kimiawan atau mahasiswa jurusan kimia, jawabannya adalah bukan. Wira Nagara adalah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman. Buku ini adalah dedikasinya untuk ibunya yang seorang guru kimia, yang sering ditanya guru lain di sekolah tempat beliau mengajar kenapa nilai kimia anaknya jelek, padahal ibunya seorang guru kimia. Kini, dengan hadirnya buku ini, ibunya bisa bercerita pada mereka bahwa layaknya cinta, sains itu begitu luas, dan pemahaman serta fungsi penerapannya tak hanya terbatas pada ruang kelas. Begitu penuturannya di awal buku.
Berbeda dengan buku-buku tentang kisah perjalanan patah hati lain yang biasanya ditulis dalam bentuk cerita atau novel, Wira Nagara menuliskan kisahnya dalam bentuk puisi. Boleh dibilang buku ini sangat “nyastra” sekali, karena diksi dan rima menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh sang penulis. Meskipun demikian, buku ini masih sangat bisa dinikmati karena pemilihan kata-katanya sangat menyentuh hati dan kisah yang dituliskan adalah kisah yang memang banyak terjadi di kehidupan sehari-hari. Selain puisi-puisi sendu tentang patah hati, Wira Nagara juga menyelipkan kutipan-kutipan apik atau yang lebih populer disebut quotes, seperti misalnya:
“Cinta yang hanya menawarkan bahagia adalah kebohongan terencana. Sebab hati terkadang perlu patah, agar lebih bijak menentukan arah."
"Adalah sepi yang akhirnya mengumpulkan lara. Menutup paksa katup bahagia, pada hati yang terbiasa oleh kecewa."
"Adalah sepi yang akhirnya mengumpulkan lara. Menutup paksa katup bahagia, pada hati yang terbiasa oleh kecewa."
“Pada akhirnya perjalanan adalah tentang mencari tempat berpulang."
“Berjalanlah, ambil sisa tawamu yang tertinggal di masa lalu. Semua orang berhak bahagia, termasuk kamu.”
Bagaimana? Sudah cukup baper? Iya, buku ini bisa bikin baper karena memang tema bukunya yang berkisah tentang patah hati dan kehilangan, serta pilihan kata dalam setiap baitnya yang mengaduk-aduk perasaan. Mungkin tidak semua orang memang menyukai buku-buku dengan genre seperti ini. Karena saya sendiri pun tertarik dengan buku ini karena judulnya yang unik, hehe. Nah, bagi yang menyukai buku-buku dengan genre seperti ini, you may like this one.
Fyi, selain pandai merangkai kata-kata, Wira Nagara ini juga ternyata pandai menggambar. Gambar di cover bukunya ini dia sendiri yang membuatnya. Di dalam buku pun dia selipkan beberapa gambar hasil karyanya sendiri.
Salah satu contoh gambar karya Wira Nagara dalam buku
Sebenernya ada satu buku lagi yang terbit setelah Distilasi Alkena yang masih berkisah tentang perjalanan hati si tokoh utama. Judul bukunya pun tidak jauh dari istilah ilmiah, Disforia Inersia. Seperti apa cerita dari Disforia Inersia? Untuk reviewnya kita bahas berikutnya yaa..
Selamat menikmati kehilangan lewat tulisan yang menyayat perasaan, Distilasi Alkena. Rayakan kehilangan, sebab kata Wira Nagara, yang abadi dari pertemuan hanyalah perpisahan. Selamat membaca..
0 Komentar